Latar Belakang JANGKAR Berawal dari keprihatinan kondisi social dan ekonomi masyarakat urban, maka berdirilah komunitas gerakan kemanusiaan dikalangan masyarakat pinggiran yang telah disepakati bersama oleh tiap komunitas di Jabodetabek yang diberi nama JANGKAR atau Jaringan Anak Pinggiran.Jangkar yang yang baru-baru ini telah diresmikan pada tanggal 06 Juni 2009 adalah sebuah wahana tempat mengekspresikan kereasi anak-anak pinggiran yang diselenggarakan oleh komunitas kerja anak, dan remaja. JANGKAR yang baru memiliki beberapa komunitas yang membantu yaitu Ciliwung Merdeka, Sanggar Anak Akar, Sanggar Anak Alam, dan SALUD.JANGKAR diselenggarakan untuk menghadapi tantangan utama kehidupan anak dan remaja,yaitu hambatan, kepungan, alienasi dan ketidakadilan struktural-vertikal dalam bidang ekonomi-sosial-politik-budaya, dalam wujud proses pembodohan, pemiskinan dan ketidakpastian hidup di bidang pendidikan, pekerjaan dan lingkungan hidup, yang mereka hadapi setiap hari di setiap lini kehidupan.ANAK PINGGIRANYang kami maksudkan dengan “anak pinggiran” adalah anak-anak yang oleh suatu sebab, tidak mendapatkan tempat yang layak di dalam derasnya arus kehidupan masyarakat. Mereka adalah anak-anak yang peri kehidupannya nyaris tidak diperhitungkan, tidak mendapatkan prioritas dalam APBN dan APBD oleh para penyelenggara negara. Mereka adalah semua anak yang, entah oleh kekuasaan ekonomi, sosial, politik dan kebudayaan, telah direnggut atau diasingkan hak-hak dasarnya sebagai anak.Sebagian dari mereka adalah anak-anak yang sering disebut sebagai anak jalanan, sebagian dari mereka adalah buruh anak di pabrik-pabrik atau di perkebunan, atau pengrajin cilik. Juga sebagian dari mereka adalah pengamen, joki “three-in-one”, penyemir sepatu, pengasong, pengais sampah, dalam usia antara 5 sampai 17 tahun. Banyak di antara mereka tidak lagi mempunyai tempat tinggal sama sekali, bernaung di langit terbuka, sebagian dari mereka masih tinggal dan bergabung dengan keluarga mereka, dalam kondisi yang sangat memprihatinkan, mungkin tinggal di rumah kardus di antara onggokan sampah, di gerobak dagang, di emper-emper toko, di rumah-rumah bambu di pinggir kali. Banyak di antara mereka adalah anak-anak korban gusuran, yang peri kehidupannya senantiasa digeser-geser, senantiasa mengalami ketidakpastian, entah karena masalah ketiadaan tempat tinggal, pekerjaan orangtua, pranata sosial yang tercerai-berai dan tercerabut, atau karena masalah tempat dan lingkungan pendidikan yang tidak pasti atau bahkan tidak ada. Memang sebagian dari mereka masih bisa bersekolah dengan uang hasil jerih-payah mereka sendiri atau orangtuanya yang miskin, namun banyak juga di antara mereka yang sudah tidak mampu lagi bersentuhan dengan bangku sekolah bahkan sejak di usianya yang sangat dini. Bukan merupakan rahasia di negeri ini bahwa sebagian dari anak-anak ini karena kemiskinan orangtua dan lingkungannya, menjadi penderita “kelaparan tersembunyi” (hidden hunger), atau bahkan busung lapar!Di antara semua kemungkinan itu, yang pasti, sebagian besar dari mereka adalah korban kekerasan, baik kekerasan yang mereka terima dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan tempat mereka berada (kekerasan oleh orangtua dalam “domestic violence” atau kekerasan rumahtangga, menjadi korban pelampiasan agresi orang dewasa di jalan-jalan, termasuk kekerasan seksual termasuk perkosaan dan sodomi, menjadi korban human trafficking atau perdagangan manusia, dll.), maupun kekerasan sistematik yang berasal dari negara yang pada umumnya cukup terselubung karena terejawatahkan dalam kebijakan-kebijakan publik pemerintah (pemda) yang jelas-jelas tidak melindungi dan tidak berpihak pada mereka.Tujuan JANGKAR1. Memperkenalkan budaya anak-anak pinggiran perkotaan, dinamika dan makna perjuangan kehidupannya kepada publik di tanah air. 2. Memberikan ruang dan kesempatan untuk berekpresi, berapresiasi dan berprestasi bagi anak-anak pinggiran.3. Menyediakan wahana apresiasi dan tangung jawab sosial terhadap perjuangan anak-anak pinggiran perkotaan, terutama bagi masyarakat kelas menengah atas.4. Membongkar stigma-stigma negatif yang selama ini mengepung peri kehidupan anak-anak pinggiran di tanah air, terutama di kalangan masyarakat menengah ke atas.5. Menagih tanggungjawab sosial-politik negara untuk memberikan perlindungan, fasilitas dan prioritas bagi proses pendidikan dan jaminan hak-hak asasi manusia bagi anak-anak pinggiran di tanah air.6. Aksentuasi kampanye perlindungan terhadap anak-anak pinggiran dari segala macam bentuk kekerasan dan penindasan yang secara de facto masih sering dan terus dialami oleh anak-anak pinggiran di tanah air dewasa ini. 7. Membangkitkan semangat kemandirian pada anak pinggiran atas segala macam keterbatasan yang masih menghadang mereka.8. Membuka wawasan dan kesadaran kritis di kalangan anak-anak pinggiran akan hak-hak asasi dan kewajiban hidupnya sendiri.9. Mengembangkan kesadaran, sikap dan tanggungjawab moral-sosial bagi anak-anak pinggiran sendiri. 10. Menggalang solidaritas di kalangan anak-anak pinggiran di Jabodetabek dan seluruh Indonesia.PROGRAM JANGKARJANGKAR mengadakan acara/program sbb:1. Rapat forum JANGKAR yang diadakan tiap 2 minggu sekali tiap hari sabtu , waktu pelaksanaan rapat mulai dari jam 15.00 – selesai, tempat dikarenakan belum ada tempat yang tepat untuk rapat kami menggunakan tempat dengan cara undian.2. Rapat Internal JANGKAR yang diadakan tiap seminggu sekali tiap hari sabtu sesudah rapat forum , waktu pelaksanaan rapat mulai dari jam 14.00-selesai, tempat kami memilih tempat di sekretariat SALUD yang berada di Tanjung Barat.3. Workshop Musik, Teater, Dan keterampilan tangan. Workshop rencana akan menggunakan tempat di Taman Proklamasi, Jakarta Pusat. Sedangkan keterampilan tangan kami menggunakan guru dari teman-teman JANGKAR sendiri.
sumber : SALUD
Readmore »